Jumat, 07 November 2014

 KIDUNG RINDU UNTUK TEMPAT MENGADU
hati nan risau dan kacau, saat ranum malam membatasi asa hati dengan tabir sendu nan pilu
dia terkasih rela memalingkah wajahnya membuang muka dan lemparkan senyum cibir saat mobil mewah menyapa di depannya dan mengajak dia pergi tinggalkan rongsok motor bebek kekasih yang tidak pernah ingin lekang dalam untaian kata mati dalam cinta, beku dalam kasih dan hancur dalam janji suci abadi.
sungguh tidak beruntung naskah hidup malam itu, sinar bulan kian sendu saat tatapan mata hampa yang di hiasi tetesan air mata karena dusta yang melebihi dusta nila terhadap susu sebelanga dan melebihi buasnya tawon saat menghisap manis madu-madu di taman sari nan asri di bukit hijau negeri angun domba para penguasa.
sungguh malam itu tidak sedikitpun senyum terbatri diantara bibir sang kasih yang tak terkasih, hanya bingung dengan berjuta gumpalan tanya menari-nari riang di dalam hati dan fikirnya, kenapa dia pergi dengan hati harta?, kenapa dia pergi tanpa berfikir nestapa? dan kenapa air mata ini kian tidak terbendung padahal dia yang dusta dan aku akan selalu mencinta sampai mata tak lagi peka menatap buasnya harta?
harta yang dengan leluasa menerkam mangsa tanpa memikirkan rasa hampa karena terbayang rupa, rupa yang kala itu selalu berkata aku tidak akan melangkah sedetikpun jika kau tak mau mengikuti langkahku dalam hitungan detik pula. ohh... siapakah yang harus aku katakan salah malam ini, apakah malam, apakah siang, apakah senja dan apakah diri ini dengan pagi itu, sedangkan aku tidak mengerti dan tidak berani pula untuk menghakimi tuhan yang rela dengan sangat rela menempa aku bercengkrama dengan alam dan di pertemukan dengan dara manis yang telah sudi mengingkari janji manis namun tak sempat kami sucikan diantara manusia yang berakal sehat dengan ma'na saksi.
sehingga dengan mudah melangkah gontai haturkan isyarat selamat tinggal dan mungkin tidak akan bertemu lagi dalam rasa bahagia dan duka diantara persipangan jalan perhelatan nostalgia asa menuju istana megah hati sang pencinta, tapi aku yang akan selalu mencitaimu akan selalu kala itu dalam lubuk hati yang terdalam dan izinkan secercah harap semoga kau akan bahagia bersamanya selamanya... selamat tinggal dan bahagialah dirimu dengan beribu nama maaf diantara sisa perjalanan hidupmu.


2 komentar: